Tunggu
dulu, apa dia tadi ada menyebutkan tentang layangan putus? Layangan putus
dengan tali kan? Dan apa yang akan dilakukan seseorang jika layangannya sudah
putus? Wah wahh, jadi begitu ya. Titik terang dari kasus ini sudah mulai
terlihat, dan aku akan membalas semua rasa putus asa ini pada mu. “Lihat saja
nanti, akan kubongkar kejahatan mu.” Ucap ku sinis dalam hati sambil kulihat
wajah Jessica di sudut sana.
…
“Baiklah,
jika seperti ini kasus di tutup.” Ucap detektif Jhon kepada seisi kelas sore
itu. “Jangan, pak detektif. Saya sudah tau dalang dibalik ini semua.” Ucap ku
tegas.
“Bukan kah sudah jelas? Ini
adalah sebuah pembunuhan acak yang dilakukan oleh orang iseng, dan kau sendiri
yang bilang bahwa alibi dari setiap murid sudah sangat jelas, karena kau
sendiri kan yang melarang agar mereka semua tak meninggalkan kelas? Apa ada
penjelasan lain tentang hal ini?” protesnya
“Memang tak ada penjelasan lain
dengan hal ini, tapi tidakkah anda curiga dengan zat luminol pada paku tersebut?”
“Maksud mu?”
“Zat luminol yang tertempel pada
paku terlihat sangat tidak wajar, kenapa? Jika paku yang di gunakan adalah paku
payung, maka kecil kemungkinan batang dari paku tersebut terkena cipratan darah
walau sedikit, mengingat bentuk paku payung yang seperti itu.”
“Lalu?”
“Coba anda ingat kembali saat –
saat kecil anda. Pada saat kecil pernah kah anda bermain layangan?”
“Pernah, memangnya kenapa?”
“Jika layangan anda terbang
sangat tinggi dan seketika putus lantaran ada seseorang yang mengadunya,
bagaimana perasaan anda saat itu?”
“Tentu saja saya sedih.”
“Lalu tindakan apa yang anda
lakukan melihat layangan anda yang sudah terbang jauh meninggalkan tuannya?”
“Tak ada, mungkin aku hanya akan
menggulung sisa tali layangan yang ada. Tunggu dulu, apakah maksud mu zat
luminol yang terletak pada satu satunya paku payung adalah akibat dari
penggulungan tali yang bercampur dengan darah?”
“Tepat sekali, jika seperti itu
kejadiannya. Maka adanya zat luminol pada batang paku akan sangat terbukti.
Disisi lain, ini adalah bukti mengapa paku payung yang satu ini tidak memiliki
bekas ikatan benang, melainkan mengandung zat luminol. Jadi ada kemungkinan
bahwa pelaku menggunakan tali yang sangat panjang dalam aksinya, dan jika
memang seperti itu adanya maka, pembunuhan ini bisa kita simpulkan bukanlah
sebuah pembunuhan secara acak, melainkan pembunuhan yang telah direncanakan.”
“Lalu, bagaimana bisa trik ini
tepat mengenai korban yang diinginkan pelaku?”
“Mudah saja, pertama –tama pelaku
memasang paku payung secara sejajar di masing masing mulut pintu. Kedua, pelaku
mengikatkan benang tajam itu ke paku payung satu, namun hanya menaruhnya saja
untuk paku payung kedua.”
“Mengapa harus paku payung?”
“Agar pelaku tak perlu khawatir
lagi jika benang akan jatuh tertiup oleh angin. Bentuk payung pada paku ia
gunakan sebagai penyagga agar benang tidak jatuh.”
“Lalu kapan si pelaku memasang
trik ini?”
“Tentu saja kemarin saat pulang
sekolah.”
“Bukankah jika seperti itu, trik
akan gagal? Seharusnya akan ada orang yang mati saat kau masuk kelas iya kan?”
“Itu mudah saja, cukup dengan
mengendorkan tali hingga menyentuh lantai, maka trik yang ia gunakan akan aman.”
“Benar juga, lalu bagaimana cara
pelaku meyakinkan agar korban mau berlari dan menemui ajalnya?”
“Korbannya kali ini adalah
seorang gadis, di mana gadis memiliki perasaan yang kuat jika berhubungan
dengan cinta. Menurut saya, cukup dengan mengatakan ‘kekasih mu berselingkuh
dengan wanita lain’ maka korban pun akan berlari secepat yang ia bisa, berlari
dari kenyataan yang ia terima dan siap menuju ajalnya. Walaupun presentase
keberhasilan untuk membuat korban berlari sangatlah kecil namun, melihat watak
korban yang sangat ekspresif akan perasaannya maka presentase pembunuhan pun
menjadi besar.”
“Bagaimana bisa anda tahu watak
yang dimiliki korban seperti itu?”
“Karena, dia menyatakan perasaan
cintanya pada saya dengan ekspresi yang senang. Sangat senang, sehingga saya
tak tau jawaban apa yang akan saya berikan padanya. Dan pada akhirnya, semua
berakhir dengan membekaskan rasa bersalah pada diri saya.”
“Anda menolaknya?”
“Pak, tolong. Ini gak ada
hubungannya sama kasus, plis jangan bikin saya galau.” Kenapa om berkumis ini
bertanya hal yang tak seharusnya? Dasar tukang gosip.
“Oh.. maaf, jadi menurut mu
pelaku menggunakan sebuah trik yang biasa digunakan dalam permainan laying –
laying benar? Bukan kah akan terlihat sangat mencolok jika menggulung benang
dengan tangan kosong? Jika itu terjadi mungkin siswa yang lain akan melihat si
pelaku bukan?”
“Bagus sekali jika anda bertanya
seperti itu, dan saya tambahkan. Ketika benang terputus maka dia akan
menggulung sisa benang yang tidak terikat dengan paku, dan alat yang pelaku
pakai adalah sesuatu yang sudah ia perlihatkan pada kita, yang bisa membuat ia
menggulung benang tanpa memperlihatkan tangannya yang berlumuran darah kepada
kita karena ia bisa menggulung benang di dalam kolong bangku, sungguh alibi
yang sempurna.”
“Maksudmu? Pelakunya, adalah..?”
“Yap, seseorang yang dengan
terang – terangan memperlihatkan barang bukti berharga dan berfikir itu akan
memperkuat alibinya, namun sebenarnya itulah mata berpedang dua baginya.
Jessica KAULAH PELAKUNYA !!”
Terlihat
sekilas wajah kaget Jessica, walaupun dia berusaha keras untuk mengendalikan
dirinya ia tetap mencoba memasang ekspresi dingin.
“Kau berlasan membuang sampah
hasil rautan, berharap selama kejadian pembunuhan berlangsung kami beranggapan
kau sedang menggerot pensil di kolong bangku dan alibi mu sangat sempurna,
melihat jenis penggerot yang kau gunakan tentu saja penggerot itu bisa kau
modifikasi menjadi alat pembunuh yang sangat berbahya. Cih.. jika sekarang
polisi mengecek seluruh tong sampah di
sekolah ataupun menyisiri seluruh area sekolah maka akan di temukan seutas tali
dengan panjang delapan meter sejarak antara pintu masuk dengan bangku mu,
mungkin lebih sedikit agar kau bisa mengendurkan pemasangannya. Dan lagi jika
polisi mengecek penggerot yang kau gunakan, maka akan ditemukannya sebekas
darah di dalamnya. Bagaimana Jessica apa ada yang salah dengan asumsi ku?”
Prok..
prok.. prok, wajah kaget Jessica yang semula kaget dan dingin berubah seketika
menjadi Jessica yang tak aku kenal, wajah tersenyum mengerikan bagaikan tokoh
setan di film. “Tak sedikitpun aku menyangkal asumsi mu, kau benar seratus
persen benar. Akulah pelakunya, aku lah yang membunuh gadis itu, aku hanya
ingin kau merasakan apa yang selama ini ku rasakan. Kau tak tahu kan? Betapa
sakitnya hidup dalam kesendirian dan keheningan? Aku ingin berbagi rasa itu
kepada orang yang aku suka, yaitu kamu! Betapa baiknya diriku ini. Hahahahaha.”
Dia adalah seorang yandere!!
“Kau salah!! Membunuh bukanlah
jalan yang tepat, jika kau memang menyukai ku tak seharusnya kau membagi rasa
sepi mu padaku. Melainkan cobalah keluar dari rasa itu dan bergabunglah bersama
yang lainnya!! Bersenang – senang bersama semuanya! Jika seperti ini hanya akan
menambah rasa sepi mu! Cobalah untuk bersikap dewasa! Berfikirlah sebelum
BERTINDAK !!” Bentakku padanya.
“Apa yang kau bilang? Aku tidak
mengerti, oh salah. Aku tidak peduli, yang ku lakukan semuanya benar. Dia
mencoba memiliki mu dan aku tak akan bisa menerima itu. Dia lebih pantas mati
dibandingkan memiliki mu.” Kali ini tatapan Jessica berubah menjadi kosong
bagaikan zombie.
“Maafkan aku Jessica, kau
bertindak hingga sejauh ini gara – gara aku. Tapi tetap saja alku tidak bisa
menerima mu, kau membunuh dan tak seorangpun akan mempercayaimu lagi. Termasuk
aku..” ucap ku lirih.
Polisi
menggeledah seluruh tong sampah dan sudut sudut sekolah, dan didapatkannya
sebuah benang berukuran kurang lebih delapan meter di toilet wanita, dan
membawa serta penggerot yang di sembunyikan Jessica dalam kolong bangku untuk
di periksa di lab. Dan terbukti terdapat zat luminol pada benang tersebut,
sedangakan darah dalam penggerot pun sudah di cuci bersih meskipun
menginggalkan segores darah di dalamnya. Kasus ini pun di tutup dengan
kepergian Jessica ke kantor polisi.
“Rio, aku mencintai mu!” ucap
Jessica saat melewati ku dengan wajah ceria yang tak pernah kulihat dengan
pemandangan dirinya yang sedang diringkus polisi saat itu. Mungkin dia ingin
meniru apa yang di lakukan Rinea waktu itu. Dan hari ini berkahir dengan damai,
meskipun fikiran tak bisa menerima kata damai tersebut.
“Bagaimana kasusnya kak?” tanya
adik kecilku sesampainya aku dirumah.
“Beres.” Ucap ku singkat.
“Nah kalau gitu, kakak juga harus
beresin nih kasus barunya kakak. Tuh jemuran kelilit benang layangan anak
–anak. Pokoknya kakak harus bersihin sampai gak ada sisa, ngerti? Dan satu lagi
habis beresin itu semua langsung mandi!” perintahnya
“Iya, iya.” Bisa –bisanya yah nih
bocah nyuruh kakaknya yang baru saja melewati sebuah serius, mungkin tak
terpikirkan olenya perasaan apa yang kini ku derita semenjak kejadian tadi.
Chuuuu..
sebuah ciuman melayang di pipiku “Selamat ya kakak ku yang hebat. Aku sangat
menghawatrikan kakak.” Ucapnya penuh bahagia sambil berlalu meninggalkan ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar