Jumat, 06 Juni 2014

Gadis Pendiam dan Pembunuhan Misteri (Bagian II)



                Tunggu dulu, apa dia tadi ada menyebutkan tentang layangan putus? Layangan putus dengan tali kan? Dan apa yang akan dilakukan seseorang jika layangannya sudah putus? Wah wahh, jadi begitu ya. Titik terang dari kasus ini sudah mulai terlihat, dan aku akan membalas semua rasa putus asa ini pada mu. “Lihat saja nanti, akan kubongkar kejahatan mu.” Ucap ku sinis dalam hati sambil kulihat wajah Jessica di sudut sana.


                “Baiklah, jika seperti ini kasus di tutup.” Ucap detektif Jhon kepada seisi kelas sore itu. “Jangan, pak detektif. Saya sudah tau dalang dibalik ini semua.” Ucap ku tegas.
“Bukan kah sudah jelas? Ini adalah sebuah pembunuhan acak yang dilakukan oleh orang iseng, dan kau sendiri yang bilang bahwa alibi dari setiap murid sudah sangat jelas, karena kau sendiri kan yang melarang agar mereka semua tak meninggalkan kelas? Apa ada penjelasan lain tentang hal ini?” protesnya
“Memang tak ada penjelasan lain dengan hal ini, tapi tidakkah anda curiga dengan zat luminol pada paku tersebut?”
“Maksud mu?”
“Zat luminol yang tertempel pada paku terlihat sangat tidak wajar, kenapa? Jika paku yang di gunakan adalah paku payung, maka kecil kemungkinan batang dari paku tersebut terkena cipratan darah walau sedikit, mengingat bentuk paku payung yang seperti itu.”
“Lalu?”
“Coba anda ingat kembali saat – saat kecil anda. Pada saat kecil pernah kah anda bermain layangan?”
“Pernah, memangnya kenapa?”
“Jika layangan anda terbang sangat tinggi dan seketika putus lantaran ada seseorang yang mengadunya, bagaimana perasaan anda saat itu?”
“Tentu saja saya sedih.”
“Lalu tindakan apa yang anda lakukan melihat layangan anda yang sudah terbang jauh meninggalkan tuannya?”
“Tak ada, mungkin aku hanya akan menggulung sisa tali layangan yang ada. Tunggu dulu, apakah maksud mu zat luminol yang terletak pada satu satunya paku payung adalah akibat dari penggulungan tali yang bercampur dengan darah?”
“Tepat sekali, jika seperti itu kejadiannya. Maka adanya zat luminol pada batang paku akan sangat terbukti. Disisi lain, ini adalah bukti mengapa paku payung yang satu ini tidak memiliki bekas ikatan benang, melainkan mengandung zat luminol. Jadi ada kemungkinan bahwa pelaku menggunakan tali yang sangat panjang dalam aksinya, dan jika memang seperti itu adanya maka, pembunuhan ini bisa kita simpulkan bukanlah sebuah pembunuhan secara acak, melainkan pembunuhan yang telah direncanakan.”
“Lalu, bagaimana bisa trik ini tepat mengenai korban yang diinginkan pelaku?”
“Mudah saja, pertama –tama pelaku memasang paku payung secara sejajar di masing masing mulut pintu. Kedua, pelaku mengikatkan benang tajam itu ke paku payung satu, namun hanya menaruhnya saja untuk paku payung kedua.”
“Mengapa harus paku payung?”
“Agar pelaku tak perlu khawatir lagi jika benang akan jatuh tertiup oleh angin. Bentuk payung pada paku ia gunakan sebagai penyagga agar benang tidak jatuh.”
“Lalu kapan si pelaku memasang trik ini?”
“Tentu saja kemarin saat pulang sekolah.”
“Bukankah jika seperti itu, trik akan gagal? Seharusnya akan ada orang yang mati saat kau masuk kelas iya kan?”
“Itu mudah saja, cukup dengan mengendorkan tali hingga menyentuh  lantai, maka trik yang ia gunakan akan aman.”
“Benar juga, lalu bagaimana cara pelaku meyakinkan agar korban mau berlari dan menemui ajalnya?”
“Korbannya kali ini adalah seorang gadis, di mana gadis memiliki perasaan yang kuat jika berhubungan dengan cinta. Menurut saya, cukup dengan mengatakan ‘kekasih mu berselingkuh dengan wanita lain’ maka korban pun akan berlari secepat yang ia bisa, berlari dari kenyataan yang ia terima dan siap menuju ajalnya. Walaupun presentase keberhasilan untuk membuat korban berlari sangatlah kecil namun, melihat watak korban yang sangat ekspresif akan perasaannya maka presentase pembunuhan pun menjadi besar.”
“Bagaimana bisa anda tahu watak yang dimiliki korban seperti itu?”
“Karena, dia menyatakan perasaan cintanya pada saya dengan ekspresi yang senang. Sangat senang, sehingga saya tak tau jawaban apa yang akan saya berikan padanya. Dan pada akhirnya, semua berakhir dengan membekaskan rasa bersalah pada diri saya.”
“Anda menolaknya?”
“Pak, tolong. Ini gak ada hubungannya sama kasus, plis jangan bikin saya galau.” Kenapa om berkumis ini bertanya hal yang tak seharusnya? Dasar tukang gosip.
“Oh.. maaf, jadi menurut mu pelaku menggunakan sebuah trik yang biasa digunakan dalam permainan laying – laying benar? Bukan kah akan terlihat sangat mencolok jika menggulung benang dengan tangan kosong? Jika itu terjadi mungkin siswa yang lain akan melihat si pelaku bukan?”
“Bagus sekali jika anda bertanya seperti itu, dan saya tambahkan. Ketika benang terputus maka dia akan menggulung sisa benang yang tidak terikat dengan paku, dan alat yang pelaku pakai adalah sesuatu yang sudah ia perlihatkan pada kita, yang bisa membuat ia menggulung benang tanpa memperlihatkan tangannya yang berlumuran darah kepada kita karena ia bisa menggulung benang di dalam kolong bangku, sungguh alibi yang sempurna.”
“Maksudmu? Pelakunya, adalah..?”
“Yap, seseorang yang dengan terang – terangan memperlihatkan barang bukti berharga dan berfikir itu akan memperkuat alibinya, namun sebenarnya itulah mata berpedang dua baginya. Jessica KAULAH PELAKUNYA !!”
                Terlihat sekilas wajah kaget Jessica, walaupun dia berusaha keras untuk mengendalikan dirinya ia tetap mencoba memasang ekspresi dingin.
“Kau berlasan membuang sampah hasil rautan, berharap selama kejadian pembunuhan berlangsung kami beranggapan kau sedang menggerot pensil di kolong bangku dan alibi mu sangat sempurna, melihat jenis penggerot yang kau gunakan tentu saja penggerot itu bisa kau modifikasi menjadi alat pembunuh yang sangat berbahya. Cih.. jika sekarang polisi mengecek  seluruh tong sampah di sekolah ataupun menyisiri seluruh area sekolah maka akan di temukan seutas tali dengan panjang delapan meter sejarak antara pintu masuk dengan bangku mu, mungkin lebih sedikit agar kau bisa mengendurkan pemasangannya. Dan lagi jika polisi mengecek penggerot yang kau gunakan, maka akan ditemukannya sebekas darah di dalamnya. Bagaimana Jessica apa ada yang salah dengan asumsi ku?”
                Prok.. prok.. prok, wajah kaget Jessica yang semula kaget dan dingin berubah seketika menjadi Jessica yang tak aku kenal, wajah tersenyum mengerikan bagaikan tokoh setan di film. “Tak sedikitpun aku menyangkal asumsi mu, kau benar seratus persen benar. Akulah pelakunya, aku lah yang membunuh gadis itu, aku hanya ingin kau merasakan apa yang selama ini ku rasakan. Kau tak tahu kan? Betapa sakitnya hidup dalam kesendirian dan keheningan? Aku ingin berbagi rasa itu kepada orang yang aku suka, yaitu kamu! Betapa baiknya diriku ini. Hahahahaha.” Dia adalah seorang yandere!!
“Kau salah!! Membunuh bukanlah jalan yang tepat, jika kau memang menyukai ku tak seharusnya kau membagi rasa sepi mu padaku. Melainkan cobalah keluar dari rasa itu dan bergabunglah bersama yang lainnya!! Bersenang – senang bersama semuanya! Jika seperti ini hanya akan menambah rasa sepi mu! Cobalah untuk bersikap dewasa! Berfikirlah sebelum BERTINDAK !!” Bentakku padanya.
“Apa yang kau bilang? Aku tidak mengerti, oh salah. Aku tidak peduli, yang ku lakukan semuanya benar. Dia mencoba memiliki mu dan aku tak akan bisa menerima itu. Dia lebih pantas mati dibandingkan memiliki mu.” Kali ini tatapan Jessica berubah menjadi kosong bagaikan zombie.
“Maafkan aku Jessica, kau bertindak hingga sejauh ini gara – gara aku. Tapi tetap saja alku tidak bisa menerima mu, kau membunuh dan tak seorangpun akan mempercayaimu lagi. Termasuk aku..” ucap ku lirih.


                Polisi menggeledah seluruh tong sampah dan sudut sudut sekolah, dan didapatkannya sebuah benang berukuran kurang lebih delapan meter di toilet wanita, dan membawa serta penggerot yang di sembunyikan Jessica dalam kolong bangku untuk di periksa di lab. Dan terbukti terdapat zat luminol pada benang tersebut, sedangakan darah dalam penggerot pun sudah di cuci bersih meskipun menginggalkan segores darah di dalamnya. Kasus ini pun di tutup dengan kepergian Jessica ke kantor polisi.
“Rio, aku mencintai mu!” ucap Jessica saat melewati ku dengan wajah ceria yang tak pernah kulihat dengan pemandangan dirinya yang sedang diringkus polisi saat itu. Mungkin dia ingin meniru apa yang di lakukan Rinea waktu itu. Dan hari ini berkahir dengan damai, meskipun fikiran tak bisa menerima kata damai tersebut.
“Bagaimana kasusnya kak?” tanya adik kecilku sesampainya aku dirumah.
“Beres.” Ucap ku singkat.
“Nah kalau gitu, kakak juga harus beresin nih kasus barunya kakak. Tuh jemuran kelilit benang layangan anak –anak. Pokoknya kakak harus bersihin sampai gak ada sisa, ngerti? Dan satu lagi habis beresin itu semua langsung mandi!” perintahnya
“Iya, iya.” Bisa –bisanya yah nih bocah nyuruh kakaknya yang baru saja melewati sebuah serius, mungkin tak terpikirkan olenya perasaan apa yang kini ku derita semenjak kejadian tadi.
                Chuuuu.. sebuah ciuman melayang di pipiku “Selamat ya kakak ku yang hebat. Aku sangat menghawatrikan kakak.” Ucapnya penuh bahagia sambil berlalu meninggalkan ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar